Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Aku sudah berhenti latihan. Lebih memilih menarik napas dalam-dalam, berdoa
lalu bersholawat. Ambil napas lagi, berdoa lalu bersholawat. Sudah waktunya.
“Ini
saya penguji utama malah datang duluan”,
beliau protes.
“Saya
sudah di sini sejak satu jam, pak”,
aku sedikit lugas. Sambil merasakan ketegangan yang cukup hebat.
“Ya
saya gak mau tau! Kamu sudah mengingatkan penguji yang lain?”
“Belum
pak..”
“Na,
itu dia! Kamu juga gak mengingatkan saya tadi pagi!”
“Ohya,
maaf pak..”
“Maaf!
Maaf!”, beliau agak marah.
Tapi jujur dalam hati aku lebih tenang setelah dimarahi olehnya. Setidaknya,
pembicaraan ini sudah dimulai. Dan aku bisa sedikit meraba bagaimana
kelanjutannya.
***
Ujian pendadaran itu berlalu begitu
saja. Singkat. Hanya sekitar 55 menit dari waktu 1,5 jam yang ditentukan.
Keputusan mereka untuk meluluskanklu juga tidak memakan waktu lama. Bahkan
mungkin tidak berdebat.
Tapi ada angin yang dingin berhembus
dalam hatiku. Menyejukkan. Aku bilang pada diriku sendiri: ah, kau tetap hebat untukku dan telah melakukan yang terbaik.
Siapapun bisa melihat itu, kau telah melakukan yang terbaik.
Aku membuka halaman persembahan dalam
skripsiku. Di ruang sidang, sendirian setelah semua selesai. Untuk mama dan ayah, tulisku. Tiba-tiba perasaan bersalah dan
takut menjadi temanku detik itu. Menemaniku. Hanya bertiga saja: aku, rasa
bersalah dan rasa takut. Aku bersalah
karena terlambat, karena tidak menjadi anak yang terbaik bagi mereka, karena
tidak bisa menjadi seperti yang mereka harapkan. Takut, aku takut tidak bisa
menginjak bumi yang aku impikan. Aku takut berjalan pada setapak yang bukan
wilayahku. Aku takut tersesat.
***
Pada akhirnya kita akan tahu, siapa
diri kita sebenarnya dan untuk apa pula kita diberikanNya hidup di dunia ini. Persoalannya hanya ada pada waktu yang
menjadi pilihan kita: kapankah fase penerimaan atas kedirian kita itu ingin
kita jalani?
Percepatlah, secepat keinginan kita
untuk maju, masuk dalam shaf shalat –sebelum terlambat.
No comments:
Post a Comment
berikan komentarmu tentang tulisan saya, di sini.